bendhu alfandiv

Minggu, 12 Juni 2011

MASALAH SOSIAL

ABSTRAK
Sosiologi menelaah kehidupan masyarakat dan unsur-unsur interaksinya terutama menelaah berbagai gejala yang wajar dalam masyarakat seperti norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga kemasyarakatan, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan, serta perwujudannya. Gejala-gejala tersebut tidak selamanya berjalan mulus dan tidak dikehendaki dalam kehidupan masyarakat. Gejala-gejala yang tidak normal ini akan memunculkan kekecewaan dan penderitaan pada masyarakat. Gejala tidak normal ini kemudian disebut dengan masalah sosial. Sebuah masalah dikatakan sebagai masalah sosial apabila bersangkutan dengan hubungan antarmanusia dan mengganggu keutuhan bermasyarakat. Semua orang pasti setuju bahwa penyalahgunaan obat-obat psikotropika, sek bebas, bunuh diri, dan perceraian merupakan masalah sosial. Pada dasarnya, masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral.

sejak manusia mulai hidup bermasyarakat, maka sejak saat itu sebuah gejala yang disebut masalah sosial berkutat didalamnya. Sebagaimana diketahui, dalam realitas sosial memang tidak pernah dijumpai suatu kondisi masyarakat yang ideal. Dalam pengertian tidak pernah dijumpai kondisi yang menggambarkan bahwa seluruh kebutuhan setiap warga masyarakat terpenuhi, seluruh prilaku kehidupan sosial sesuai harapan atau seluruh warga masyarakat dan komponen sistem sosial mampu menyesuaikan dengan tuntutan perubahan yang terjadi. Dengan kata lain das sein selalu tidak sesuai das sollen.

Pada jalur yang searah, sejak tumbuhnya ilmu pengetahuan sosial yang mempunyai obyek studi kehidupan masyarakat, maka sejak itu pula studi masalah sosial mulai dilakukan. Dari masa ke masa para sosiolog mengumpulkan dan mengkomparasikan hasil studi melalui beragam perspektif dan fokus perhatian yang berbeda-beda, hingga pada akhirnya semakin memperlebar jalan untuk memperoleh pandangan yang komprehensif serta wawasan yang luas dalam memahami dan menjelaskan fenomena sosial.

Kata kunci: sosiologi, realitas sosial, sistem sosial, dan fenomena sosial.



A.   Pendahuluan

Sangat mudah menemukan berbagai masalah sosial dalam masyarakat dewasa ini. Bahkan, mungkin tidak jauh dari lingkungan keseharian kita. Cobalah tengok di lampu-lampu merah begitu banyak orang dari anak kecil sampai orang tua yang mengais rejeki dengan meminta-minta.

Terkadang, adik bayi pun ikut serta dalam kegiatan ini karena dibawa oleh orang tuanya. Sebagian masyarakat yang tersentuh hatinya mungkin akan memberikan sedikit rejekinya. Sebaliknya, sebagian orang malah menganggap para peminta-minta ini sebagai masalah sosial.

Para peminta-minta ini adalah salah satu contoh dari sekian banyak masalah-masalah sosial yang muncul di masyarakat. Tapi tahukah Anda, mengapa sebuah peristiwa disebut sebagai masalah sosial? Apa dasar dan pertimbangannya? Apakah ada ukuran khusus bisa dikategorikan sebagai masalah sosial? Disinilah akan membahas tentang permasalahan sosial itu sendiri.


B.   Pembahasan

1.        Pengertian

Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.

Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya. (Masalah-masalah Sosial. Paulus Tangdilintin. Universitas Terbuka. 2007.)

Blumer (1971) dan Thompson (1988) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas yang berpengaruh yang mengancam nilai-nilai suatu masyarakat sehingga berdampak kepada sebagian besar anggota masyarakat dan kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama. Entitas tersebut dapat merupakan pembicaraan umum atau menjadi topik ulasan di media massa, seperti televisi, internet, radio dan surat kabar. Salah satu penyebab utama timbulnya masalah sosial adalah pemenuhan akan kebutuhan hidup (Etzioni, 1976). Artinya jika seorang anggota masyarakat gagal memenuhi kebutuhan hidupnya maka ia akan cenderung melakukan tindak kejahatan dan kekerasan. Dan jika hal ini berlangsung lebih masif maka akan menyebabkan dampak yang sangat merusak seperti kerusuhan sosial. Hal ini juga didukung oleh pendapatnya Merton dan Nisbet (1971) bahwa masalah sosial sebagai sesuatu yang bukan kebetulan tetapi berakar pada satu atau lebih kebutuhan masyarakat yang terabaikan.

Dengan menggunakan asumsi yang lebih universal maka “tangga kebutuhan” dari Maslow dapat digunakan yaitu pada dasarnya manusia membutuhkan kebutuhan fisiologis, sosiologis, afeksi serta aktualisasi diri, meskipun Etzioni (1976) menjelaskan bahwa masyarakat berbeda antara satu dengan yang lain terkait dengan cara memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena seorang individu pada dasarnya merupakan hasil “bangunan” budaya dimana individu itu tumbuh.

Hadley Cantrill (dalam Etzioni, 1976) melakukan penelitian di 14 negara dengan menanyakan harapan, aspirasi dan pangkal kebahagian kepada masyarakat di 14 negara tersebut diantaranya Brazil, Mesir, India, Amerika Serikat dan Yugoslavia. Hasilnya adalah hampir semua responden menyatakan bahwa faktor ekonomilah yang menempati urutan teratas terkait dengan harapan, aspirasi dan kebahagian bila dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya.

Sebab lain adalah karena patologi sosial, yang didefinisikan oleh Blackmar dan Gillin (1923) sebagai kegagalan individu menyesuaikan diri terhadap kehidupan sosial dan ketidakmampuan struktur dan institusi sosial melakukan sesuatu bagi perkembangan kepribadian. Hal ini mencakup : cacat (defect), ketergantungan (dependent) dan kenakalan (delinquent).

Para penganut perspektif patologi sosial pada awalnya juga beranggapan bahwa masalah sosial dapat dilakukan dengan cara penyembuhan secara parsial berdasarkan diagnosis atau masalah yang dirasakan. Tetapi akhirnya disadari bahwa penyembuhan parsial tidak mungkin dilakukan karena masyarakat merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan permasalahan bersifat menyeluruh.

Jika ruang lingkup masalah patologi sosial lebih mikro dan individual, maka dari perspektif “disorganisasi sosial” menganggap penyebab masalah sosial terjadi akibat adanya perubahan yang cukup besar di dalam masyarakat seperti migrasi, urbanisasi, industrialisasi dan masalah ekologi

Dengan memperhatikan perbedaan lokasi suatu daerah, Park (1967), menemukan bahwa angka disorganisasi sosial dan timbulnya masalah sosial yang tinggi ada pada wilayah yang dikategorikan kumuh akibat arus migrasi yang tinggi, dan hal ini diperkuat dengan pendapat Faris dan Dunham (1965), bahwa tingkat masalah sosial lebih tinggi di pusat kota secara intensitas dan frekuensi dibandingkan daerah pinggiran.

Disamping itu industrialisasi-pun (selain memberikan dampak yang positif) juga memberikan dampat yang negatif pada suatu masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Mogey (1956) menjelaskan bahwan pertumbuhan industri kendaraan bermotor di kota Oxford menjadikan biaya hidup di kota tersebut menjadi tinggi yang pada akhirnya akan mendorong buruh menuntut peningkatan upah kerja.

Perlu ditambahkan juga disini, bahwa masalah sosial tidak hanya karena kesalahan struktur yang ada di dalam masyarakat atau kegagalan sistem sosial yang berlaku namun juga dari tindakan sosial yang menyimpang atau yang dikenal sebagai “perilaku menyimpang” yaitu menyimpang dari status sosialnya (Merton & Nisbet, 1961).

Misalkan seseorang yang sudah tua bertingkah laku seperti anak-anak atau orang miskin bertingkah laku seperti orang kaya dan lainnya. Dengan demikian, seseorang itu disebut berperilaku menyimpang karena dia dianggap gagal dalam menjalankan kehidupannya sesuai harapan masyarakat. Namun demikian, Heraud (1970) membedakan lagi jenis perilaku menyimpang ini, apakah secara statistik, yaitu berlainan dengan kebanyakan perilaku masyarakat secara umum ataukah secara medik, yang lebih menekankan kepada faktor “nuture” atau genetis.

Ketidakmampuan seseorang dalam melakukan transmisi budaya juga dapat menyebabkan permasalahan sosial. Cohen dalam bukunya “Delinquent Boys : The Culture of the Gang” (1955) memaparkan hasil penelitiannya. Ia memperlihatkan bahwa anak-anak kelas pekerja mungkin mengalami “anomie” di sekolah lapisan menengah sehingga mereka membentuk budaya yang anti nilai-nilai menengah. Melalui asosiasi diferensial, mereka meneruskan seperangkat norma yang dibutuhkan melawan norma-norma yang sah pada saat mempertahankan status dalam ‘gang’nya. (http://umum.kompasiana.com/2009/07/06/masalah-masalah-sosial/)


2.        Faktor Penyebab Masalah Sosial

Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain:

a.         Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
b.         Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
c.         Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
d.        Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.

Masalah sosial di Indonesia terjadi seperti lingkaran setan, Pemerintah telah membuat peraturantentangakan memberi denda pada orang yang bersedekah pada pengemis, dan pemerintah juga sibuk dengan kebijakan-kebijakan yang telah dan akan dibuat yang berkaitan dengan masalah sosial yang terjadi di Indonesia seperti PNPM Mandiri, Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Masalah sosial yang sangat terasa di saat sekarang ini adalah realita kemiskinan yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Kita semua menyadari bahwa kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya tetapi masih banyak kita temui permukiman masyarakat miskin hamper di setiap sudut kota.Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai pemukiman masayarakat miskin tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap sebagai bagian kota yang mesti disingkirkan. (http://idorastafara.blogspot.com/2009/11/masalah-sosial-yang-ada-dimasyarakat.html)


3.        Ukuran Sosiologi dalam Masalah Sosial

Dalam menentukan apakah suatu masalah merupakan masalah sosial atau bukan, sosiologi menggunakan beberapa pokok permasalahan, yakni sebagai berikut:

a.         Kriteria utama suatu masalah sosial yaitu tidak adanya kesesuaian antar ukuran dan nilai sosial dengan kenyataan serta tindakan sosial.
b.        Sumber-sumber sosial masalah sosial.
c.         Pihak-pihak yang menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan masalah sosial atau bukan
d.        Manifest social problem dan latent social problems
e.         Perhatian masyarakat pada masalah sosial.

Tanpa mengetahui ukuran-ukuran apakah yang dipakai oleh sosiologi terhadap masalah-masalah sosial, tidak mungkin pula diketahui sampai sejauh mana peranan sosiologi dalam memecahkan masalah sosial ini. (http://www.anneahira.com/masalah-sosial-dalam-masyarakat.htm)  


4.        Masalah Sosial yang berada di Indonesia

a.         Kemiskinan
Kemiskinan dalam pengertian konvensional pada umumnya (income) komunitas yang berada dibawah satu garis kemiskinan tertentu. Oleh karena itu sering sekali upaya pengentasan kemiskinan hanya bertumpu pada upaya peningkatan pendapatan komunitas tersebut. Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa pendekatan permasalahan kemiskinan dari segi pendapatan saja tidak mampu memecahkan permasalahan komunitas. Karena permasalahan kemiskinan komunitas bukan hanya masalah ekonomi namun meliputi berbagai masalah lainnya. Kemiskinan dalam berbagai bidang ini disebut dengan kemiskinan plural. Menurut Max-Neef et. al, sekurang-kurangnya ada 6 macam kemiskinan yang ditanggung komunitas, yaitu :
1)      Kemiskinan sub-sistensi, penghasilan rendah, jam kerja panjang, perumahan buruk, fasilitas air bersih mahal.
2)      Kemiskinan perlindungan, lingkungan buruk (sanitasi, sarana pembuangan sampah, polusi), kondisi kerja buruk, tidak ada jaminan atas hak pemilikan tanah.
3)      Kemiskinan pemahaman, kualitas pendidikan formal buruk, terbatasnya akses atas informasi yang menyebabkan terbatasnya kesadaran atas hak, kemampuan dan potensi untuk mengupayakan perubahan.
4)      Kemiskinan partisipasi , tidak ada akses dan kontrol atas proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri dan komunitas.
5)      Kemiskinan identitas, terbatasnya perbauran antar kelompok sosial, terfragmentasi.
6)      Kemiskinan kebebasan, stres, rasa tidak berdaya, tidak aman baik di tingkat pribadi maupun komunitas.
Bila ditinjau dari konsep kebutuhan, maka 6 macam kemiskinan ini bisa diatasi dengan pemenuhan dua macam kebutuhan diatas. Kemiskinan ekonomi diatasi dengan memenuhi kebutuhan praktis sedang kemiskinan yang lain diatasi dengan pemenuhan kebutuhan strategis . Memang ironis bahwa walaupun kemiskinan merupakan sebuah fenomena yang setua peradaban manusia, tapi pemahaman terhadapnya dan upaya untuk mengentaskannya belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Bahkan, dengan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia orang miskin "baru" semakin bertambah. (http://www.gudangmateri.com/2010/08/masalah-sosial-kemasyarakatan-di.html)
b.         Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran)
c.         Pendidikan
Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil. Dunia pendidikan terus berudah. Kompetensi yang dibutuhka oleh masyarakat terus-menertus berunah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam dunia modern dalam ere globalisasi. Kompetendi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang dalam lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar.
Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Tinjauan terhadap sandardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu pendidikan akhirnya membawa kami dalam pengunkapan adanya bahaya yang tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkekung oleh standar kompetensi saja sehngga kehilangan makna dan tujuan pendidikan tersebut. Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaimana agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga adalah memenuhi nilai di atas standar saja.
Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Selain itu, akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai atau belum. Dalam kasus UAN yang hampir selalu menjadi kontrofesi misalnya. Kami menilai adanya sistem evaluasi seperti UAN sudah cukup baik, namun yang kami sayangkan adalah evaluasi pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa melihat proses yang dilalu peserta didik yang telah menenpuh proses pendidikan selama beberapa tahun. Selain hanya berlanhsug sekali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi 3 bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh peserta didik.
Banyak hal lain juga yang sebenarnya dapat kami bahas dalam pembahasan sandardisasi pengajaran di Indonesia. Juga permasalahan yang ada di dalamnya, yang tentu lebih banyak, dan membutuhkan penelitian yang lebih dalam lagi. Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidah hanya sebatas yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia sehingga jadi kebih baik lagi. (http://sayapbarat.wordpress.com/2007/08/29/masalah-pendidikan-di-indonesia/)
5.        Bagaimana Mengatasi Masalah Sosial

a.    Individu keluarga dan masyarakat
Biasanya masalah yang terjadi di individu keluarga dan masyarakat adalah kurangnya berinteraksi dengan orang sekitar kita bahkan dengan sebangsa sehingga banyak sekali yang tidak peduli dengan orang – orang sekitar kita atau dengan masyarakat luas, dan kita hanya bersosialisasi dengan orang – orang tertentu saja sehingga akan tercipta pandangan yang menyatakan bahwa kita tertutup untuk umum, oleh karena itu ada beberapa cara mengatasinya yaitu dengan cara kita berbicara dengan orang lain dan kalau kita malu berbicara dengan orang lain kita juga bisa menggunakan facebook, twitter, friendster, dan web sosial lainnya, dengan menggunakan itu kita bisa berkenalan dengan orang – orang yang belum kita kenal dan untuk yang sudah kita kenal mempermudah kita untuk berkomunikasih dengan mereka.



b.    Pemuda dan sosiallisasi
Pemuda dan sosiallisasi biasanya masalah yang terjadi adalah kurangnya waktu untuk bertemu dan jaraknya jauh dan banyaknya biaya yang di gunakan untuk berkomunikasi dan adanya rasa malu berbicara. Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah sosial pemuda dan masyarakat adalah dari dalam diri sendiri, dan lingkungan.Cara mengatasi masalahnya adalah kita bisa juga menggunakan web yang berfungsi untuk bersosiallisasi misalnya Facebook, twitter, friendster dan yang lainnya, dengan itu kita bisa mengurangi rasa kurangnya percaya diri dalam bersosiallisasi dan mengurangi biaya yang keluar untuk bersosialisasi.
c.    Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan
Biasanya masalah yang terjadi di masyarakat pedesaan dalam bersosialisasi adalah kurang sarana untuk bersosialisasi dan yang ada sarananya hanya sarana yang sederhanan kurang modern dan hanya menyangkup jarak – jarak tertentu atau hanya masyarakat yang satu desa dan kurangnya pendidikan yang mendidik masyarakat pedesaan untuk mengenal saranan komunikasi yang modern. Cara mengatasinya adalah kita harus mensosialisasikan sarana komunikasi yang modern dan pemerintah segera menyediakan sarana komunikasi modern ke pedesaan secara merata.
Masalah yang terjadi di masyarakat perkotaan adalah biasanya banyak dari mereka yang menyombongkan diri sehingga banyak yang tidak mau berkenalan atau bercengkrama dengan masyarakat pedesaan karena menganggap masyarakat pedesaan merupakan masyarakat yang kurang gaul atau kurang mengenal yang modern. Cara mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara mengubah cara berpikir kita tentang masyarakat pedesaan dan kita harus mau mengajarkan mereka atau mengenalkan mereka dengan sarana komunikasi yang modern, sehingga akan tercipta rasa bekerjasama dalam mengembangkan SDM atau sumber daya manusia, sehingga negara kita akan menjadi negara maju bukan hanya sedang berkembang.
Jadi, semua masalah yang terjadi di masyarakat dalam bersosialisasi yaitu adanya rasa kurang percaya diri, kesombongan, ketidakmauan, dan kurangnya pengetahuan tentang teknologi. (http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/masalah-sosial-dan-bagaimana-mengatasi-masalah/)



C.  Penutup

Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya

Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni faktor, ekonomi, budaya, biologis, dan psikologis. Sedangkan masalah sosial yang paling besar di Indonesia ada 3, yaitu pendidikan, kemiskinan, dan pengangguran.


DAFTAR PUSTAKA


Tangdilintin, Paulus. 2007. Masalah-masalah Sosial. Semarang. Universitas Terbuka.
Malo, Manasse. 2009. Sosiologi Ekonomi. Semarang. Universitas Terbuka.
Parker, S.R. 1990. Sosiologi Industri. Jakarta. Rineka Cipta.
Ibrahim, Ibo. (22 Novenber 2009). Masalah Sosial Yang Ada Di Masyarakat. Diambil pada hari Rabu, 8 Juni 2011. Dari http://idorastafara.blogspot.com/2009/11/masalah-sosial-yang-ada-di-masyarakat.html
Wicaksono, Dirgantara. (Agustus, 2010). Masalah Sosial Kemasyarakatan. Diambil pada hari Rabu, 8 Juni 2011. Dari http://www.gudangmateri.com/2010/08/masalah-sosial-kemasyarakatan-di.html
Prirahardjo, Kusumadewi. (29 Agustus 2007). Masalah Pendidikan di Indonesia. Diambil pada hari Kamis, 9 Juni 2011. Dari http://sayapbarat.wordpress.com/2007/08/29/ masalah-pendidikan-di-indonesia/
Gunadarma. (10 Desember 2009). Masalah Sosial dan Bagaimana Mengatasi Masalah. Diambil pada hari Kamis, 9 Juni 2011. Dari http://wartawarga.gunadarma.ac.id/ 2009/12/masalah-sosial-dan-bagaimana-mengatasi-masalah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar